ISTIGHOTSAH KE 63
Istighotsah
SEMAR no 3.63 telah dilaksanakan pada hari Selasa Kliwon, 06-03-2018
dengan imam tokoh agama dari dusun JUNWATU. Hadir sekitar 20 peserta dari dusun
lain yaitu KENEP, KWANGEN, BABADAN SAMBEN, BABADAN BUNDER.
PELAKSANAAN KEGIATAN
dimulai pukul 19.30 s.d 22.00
LOKASI KEGIATAN :
Tengah Masjid
0. PRA ACARA
KHUSUSON AHLI QUBUR : H.MUFID, BPK.JANU M. YANI
KHUSUSON AHLI QUBUR : H.MUFID, BPK.JANU M. YANI
1. ACARA
1. ISTIGHOTSAH
- ISTIGHOTSAH : Bp. MUJIYONO
- YASIN : H. MUFID
- TAHLIL : UST. SARIKAN
- DOA : H. SAMAD
2. RISMA (REHAT, INFORMASI, SHARING, MAJELIS TA'LIM)
- REHAT : hidangan ala kadarnya oleh KASUN JUNWATU BP. JANU
- INFORMASI :
- SEKRETARIAT :
- Sekretariat sedang menindaklanjuti hasil pertemuan dengan Pemerintah Desa Junwangi yaitu menyusun Proposal dalam bahasa Inggris & Arab untuk donatur dari Luar Negeri. Dimohon kepada peserta jama'ah barangkali memiliki relasi donatur di luar negeri untuk menyampaikan proposal tersebut.
- Dokumentasi kegiatan tahun 2016 sudah selesai dan akan diupload ke youtube, blog dan media sosial laiinya agar dapat dilihat netizen sebagai realisasi amanah dalam pembangunan masjid jami' desa Junwangi.
- BENDAHARA :
- Ucapan terima kasih
- Pemasukan dari khususon
- Pemasukan dari donatur
- Pemasukan dari KOTAK AMAL UTAMA 484.000
- Saldo Akhir 9.705.000
- Laporan rinci akan disampaikan di Buletin Al Jamii' Edisi Maret 2018.
- INFORMASI PEMBANGUNAN :
- Pembangunan 14 tiang utama sudah hampir selesai
- Setiap tiang membutuhkan dana sekitar 4 juta rupiah, dana yang dibutuhkan minimal 80 juta untuk 20 tiang menara. Sebagian material sudah ada tinggal Panitia memikirkan dana untuk Biaya Tenaga Kerja yang setiap minggunya membutuhkan dana 4-6 juta rupiah
- Beberapa minggu yang akan datang adalah pengedekan serambi
Majelis ta'lim malam membahas tentang iman & islam
Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .
[رواه مسلم]
Dari ‘Umar radhiyallahu’anhu –juga- dia
berkata: Pada suatu hari, ketika kami berada di sisi Rasulullah,
tiba-tiba muncul di hadapan kami, seorang laki-laki yang berpakaian
sangat putih dan berambut hitam legam, tidak terlihat padanya
bekas-bekas perjalanan jauh, dan tidak seorangpun dari kami yang
mengenalnya.
Hingga ia duduk di hadapan Nabi, lalu menyandarkan kedua lututnya ke
lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya.
Lalu ia berkata, “Ya Muhammad, khabarkan kepadaku tentang Islam?”
Maka Rasulullah bersabda,
”Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada Ilah yang diibadahi dengan
hak, kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan
shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan engkau berhaji
ke Baitullah, jika engkau mampu melakukannya.”
Orang itu berkata, ”Engkau benar.”
Dia (rawi) berkata, “Maka kami pun terheran-heran dengannya. Ia
bertanya kepada Rasulullah, namun ia sendiri yang membenarkannya.
”Lalu orang itu bertanya lagi, “Khabarkan kepadaku tentang iman?”
Beliau menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, dan engkau beriman
kepada takdir yang baik dan yang buruk.”
Dia berkata, “Engkau benar.”
Lalu ia berkata lagi, “Khabarkanlah kepadaku tentang ihsan?”
Rasulullah bersabda, “Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah
engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia
melihatmu.”
Dia berkata, “Khabarkan kepadaku tentang hari kiamat?”
Beliau bersabda, “Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui dari yang bertanya.”
Dia berkata, “Kalau begitu, khabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya?”
Beliau bersabda, “Budak wanita akan melahirkan tuannya, dan engkau
akan melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang lagi miskin,
para penggembala kambing saling berlomba-lomba membuat bangunan yang
tinggi.”
Dia berkata, “Kemudian orang itu pergi. Lalu aku tidak bertemu (dengan Rasullah) beberapa waktu.
Kemudian Rasulullah berkata kepadaku, “Ya ‘Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya tadi?”
Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”
Rasulullah bersabda, “Dia adalah Jibril, dia datang kepada kalian untuk mengajarkan urusan agama kepada kalian.” (HR. Muslim)
Penjelasan:
Dari hadits ini dapat dipetik banyak faedah, di antaranya adalah:
- Di antara perilaku Nabi adalah beliau bermajelis dengan para shahabatnya. Perilaku ini menunjukkan bagaimana baiknya budi pekerti beliau. Seseorang manusia sepatutnya bergaul dengan sesama, dan bermajelis (dengan mereka) dan tidak mengucilkan diri dari mereka.
- Bergaul dengan sesama lebih baik daripada mengisolasi selama ia tidak mengkhawatirkan agamanya. Jika dia mengkhawatirkan agamanya, maka mengisolasi diri lebih baik, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Akan terjadi sebentar lagi, di mana sebaik-baik harta seseorang adalah kambing yang diikutinya, hingga puncak bukit dan tempat yang dicurahi hujan.” (Shahih dikeluarkan oleh Al Bukhari di dalam [Al Iman/19/Fath])
- Para malaikat bisa menjelma di hadapan manusia dalam sosok manusia, karena Jibril muncul di hadapan para shahabat dengan gambaran yang telah disebutkan dalam hadits ini (Lelaki yang berambut hitam legam, berpakaian sangat putih dan, tidak terlihat padanya bekas-bekas perjalanan jauh, dan tidak ada seorangpun dari shahabat yang mengenalnya).
- Baiknya etika seorang yang belajar di hadapan gurunya, di mana Jibril duduk di hadapan Nabi dengan cara duduk yang menunjukkan adab sopan santun, memasang telinganya, siap untuk menerima semua pelajaran yang akan disampaikan kepadanya, lalu dia menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi, dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya.
- Bolehnya memanggil Nabi dengan namanya, berdasarkan ucapan Jibril, “Wahai Muhammad.” Ini mengandung kemungkinan hal itu terucapkan sebelum adanya larangan, yakni sebelum adanya larangan dari Allah agar tidak memanggil seperti itu, dalam firman-Nya:
لَا تَجْعَلُوا دُعَاء الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاء بَعْضِكُم بَعْضًا
“Janganlah kamu jadikan panggilan rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian lainnya.” (An Nuur: 63)
Menurut salah satu penafsiran dari ayat ini, atau bisa juga
mengandung kemungkinan bahwa panggilan seperti itu sudah menjadi
kebiasaan orang arab badui yang datang kepada rasul, sehingga mereka
memanggil beliau dengan namanya, “Ya Muhammad. ”dan inilah yang lebih
dekat kebenaran. Karena kemungkinan yang pertama butuh pada (pembuktian)
sejarah.
Setelah sharing tentang kajian ini & masalah kemajunan pembangunan acara ditutup dengan do' a
kafaratul majelis.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar