Welcome

SELAMAT DATANG-AHLAN WA SAHLAN - SUGENG RAWUH - WELCOME to my blog https://www.masjiddesajunwangi.blogspot.com/ TERIMA KASIH-SYUKRON-MATUR NUWUN-THANK YOU
Copyright#SPPMJJ@2021

Selasa, 23 Januari 2018

ISTIGHOTSAH KE 55

Alhamdulillah, di tahun ke 3 istighotsah ke 55 dapat dilaksanakan pada hari Selasa Wage, 09 Januari 2018. Istighotsah malam itu dikhususkan untuk warga dusun Kwangen. Hadir 12 orang dari berbagai wilayah di desa Junwangi seperti Kenep, Junwatu, Babadab Bunder & Samben.

PRA ACARA
KHUSUSON oleh Pemuda Kwangen

ACARA :
  • ISTIGHORSAH
    • Imam : Bpk. Jumali
    • Yasin : Pemuda Kwangen
    • Tahlil : Bpk. Jumali
    • Do'a   : Ust. A. Suyono, S.PdI
    • Do'a penutup istighotsah : H. Bustoni
  • REMAIS (Rehat, Majelis Ta'lim, Informasi & Sharing)
    • Rehat : minum dan hidangan ala kadarnya yang disjikan perangkat Kwangen
    • Majelis Ta'lim : membahas Kitab Mukhtaru Al Hadits oleh Ust. A. Suyono, SPdI
    • Informasi : 
      • Sekretariat : 
        • sedang dipersiapkan laporan LPJ baik sekretaris maupun Bendahara untuk disampaikan di Pemerintah Junwangi
        • Ada wacana cara baru dalam penarikan dana donatur yang akhir-akhir ini agak menurun seperti di Junwatu, Babadan Bunder, Babadan Asri
        • Infaq kalender dari Babadan Asri dan Kenep belum ada informasi
      • Bendahara :
        • Laporan keuangan
          • Pemasukan malam itu 
            • Kotak Amal        182.000
            • Khususon         1.051.000
            •  Infaq material :
              • Bpk. Zainal MTs N Krian      20 ball semen
              • Hamba Allah Krian                23 ball semen 
              • Pemdes Junwangi   7 lembar tripleks tebal 2 cm
          • Rasio Cash Flow :
            • Pemasukan /minggu  : 1 jt
            • Pengeluaran               : 3 jt
            • Tiap minggu harus ada pemasukan minimal 3 juta rupiah bila pembangunan dapat berlangsung terus. Maka perlu terobosan dan langkah-langkah strategis untuk solusi penggalian dana tersebut.
        • Informasi Pembangunan 
          • Pembuatan bekisting baru dengan bahan dasar tripleks 2 cm
          • Penambahan tiang menara timur laut (depan gudang material)
MAJELIS TA'LIM
  • Pengisi : Ust. A. Suyono, S.PdI
  • Kitab    : Mukhtaru Al Hadits Annabawiyah
  • Uraian singkat :
  • Pembukaan - mengajak jama'ah untuk pandai bersyukur
  • Penjelasan tentang Kitab Mukhtaru Al Hadits
  • Kitab ini merupakan karya Sayyid Ahmad Al- Hasyim, dimana Beliau menyusun kitab tersebut dengan mengurutkan isi kitab tersebut berdasarkan abjad dalam bahasa Arab( ا sampai ي)
  • Hadits pertama yang dibahas adalah tentang orang yang masuk syurga pertama kali dengan menukil hadits Anas bin Malik, ia berkata :

 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ أَنْتَ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ فَيَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat. Lalu aku minta dibukakan. Maka penjaga pintu Surga berkata, ‘Siapakah engkau?’ Lalu aku jawab,’Aku Muhammad’. Lantas malaikat tersebut berkata,’Aku diperintahkan dengan sebab engkau. Aku tidak membukanya untuk seorangpun sebelum engkau’.” (HR Muslim).

Dalam hadits lain :

“Kita adalah umat terakhir yang pertama pada hari kiamat; kita adalah manusia pertama yang akan memasuki surga.” (HR. Ahmad)

Sedangkan orang pertama dari kalangan umat Nabi Muhammad yang akan masuk surga adalah Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

أَمَا إِنَّكَ يَا أَبَا بَكْرٍ أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِى

“Engkau wahai Abu Bakar, adalah orang yang pertama masuk surga di antara umatku” (HR. Abu Dawud)

Masya Allah… sungguh pantas Abu Bakar menjadi orang pertama yang masuk surga di antara umat Nabi Muhammad. Beliaulah laki-laki dewasa yang pertama kali beriman kepada Rasulullah. Beliaulah yang senantiasa membenarkan Rasulullah sehingga digelari Ash Shiddiq. Beliaulah yang senantiasa menemani Rasulullah mulai dari dakwah di Makkah, hijrah hingga periode Madaniyah. Beliaulah yang menginfakkan banyak hartanya untuk dakwah. Saat hijrah beliau membawa seluruh hartanya guna menemani Rasulullah dan pada saat perang Tabuk beliau menginfakkan seluruh hartanya untuk jihad fi sabilillah. Beliaulah mertua Rasulullah dan orang yang paling dicintainya. Beliau pula orang yang menjadi imam saat Rasulullah sakit dan kemudian menjadi khalifah saat Rasulullah wafat.

  •  Hadits no.2
Hadits yang kedua yaitu :
Dikatakan oleh Rasulullah SAW : 

“I’til ma’rufa wajtanibal munkar” 

Artinya : “kerjakanlah kebaikan dan tinggalkanlah kemunkaran” 

maksudnya adalah Rasulullah SAW menyuruh kita untuk bersegeralah dalam membuat kebaikan dan tinggalkanlah keburukan.
Suatu kebaikan jika dilakukan dengan ikhlas dan bukan karena paksaan, maka Insya Allah keikhlasan itu membawa kita kedalam surganya Allah SWT.
“Dan pikirkanlah sesuatu yang menyenangkan, jangan memikirkan sesuatu yang buruk-buruk. Sebab nantinya kamu akan mendengarkan ucapan sekelompok kaum tentang dirimu apabila kamu melakukan suatu kebaikan.”
Ketika kita melakukan kebaikan ada dua yang disebut suatu kaum tentang diri kita yang pertama adalah pujian dan yang kedua adalah ejekan.
Dulu ketika Rasulullah tidak punya anak laki-laki sampai suatu ketika anak lelaki satu-satunya meninggal dunia pada usia 7 tahun dan akhirnya Rasulullah SAW diteriaki “Abtaarun”, “Muhammad terputus”. Jadi ternyata pada zaman Quraisy apabila seseorang tidak mempunyai anak laki-laki, disebut abtar, artinya terputus dari keturunan dan kehormatan yang dimilikinya karena pada zaman ini mempunyai anak laki-laki merupakan suatu kehormatan. Saat beliau disebut abtar, turunlah surat Al Kautsar yang mengatakan “Innasyaa ni akahual abtar” yang artinya : “Sungguh orang-orang yang membencimu (Muhammad) yang terputus dari nikmatku”.
Jadi untuk apapun kebaikan yang kita lakukan jika kita mendapat pujian jadikanlah itu motivasi, jika mendapat teguran jadikanlah itu intropeksi, dan apabila mendapatkan ejekan dan cemoohan jadikanlah hal tersebut sebagai nilai kesabaran. Karena “Innallaha ma’a shobiriin” (sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar). Dan ketika orang mengatakan kejelekan kita, maka pikirkanlah terus perkataan orang tersebut, tetapi bukan untuk dijadikan dendam melainkan untuk dijadikan intropeksi pada diri kita, agar kelak kita menjadi orang yang lebih baik.
Ali bin Abi Thalib R.A mengatakan kita ini bukan sebagai Awal, kita ini bukan sebagai Penghujung, tetapi kita ini sebagai penerus, yaitu penerus dakwah ini, maka teruskanlah dakwah Rasulullah SAWdan Ulama-ulama salafunna sholih zaman dahulu. 

  • Hadits no 3 

  آفــَـةُ الدِّيــْنِ ثـــَلاَثــَةٌ : فَقِيْهٌ فَاجِرٌ، وَإِمَامٌ جَائِرٌ، وَمُجْتَهِدٌ جَاهِلٌ. رَوَاهُ : الدَّيـْلَمِي عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ

Artinya : penyakit yang mengancam agama ada tiga : seorang ahli fiqh yang rusak perilakunya, pemimpin yang dzholim dan seorang mujtahid yang bodoh.(HR: Ad-Dailami dari Ibnu ‘Abbas)
Kandungan Hadits
            Secara umum manusia mempunyai naluri beragama. Agama sebagai jalan hidup bagi manusia. Namun, dalam pelaksanaanya memang manusia mempunyai pilihan yang berbeda. Ada yang memeluk islam, tapi tidak sedikit yang berpaling dan memeluk agama yang lain. Kita sebagai ummat islam, harus memegangi agama kita ini sampai akhir hayat. Jangan sampai agama ini lepas dari hati kita. Agama yang mestinya menjadi pegangan hidup ini, ternyata bisa dirusak oleh perbuatan-perbuatan dan orang-orang tertentu. Hadits ringkas ini memberi peringatan adaya bahaya-bahaya yang bisa merusak agama.
            Agama dikatakan rusak apabila pemahaman terhadap agama dan praktek pelaksanaanya sudah salah. Agama juga bisa rusak jika orang awam tidak lagi percaya agama dan para ahli agama (ulama’). Agama juga dikatakan rusak kalau orang-orang non muslim sudah tidak simpati lagi, bahkan mengejek islam akibat banyaknya perilaku ummat islam yang rusak (seperti banyaknya orang yang sudah bergelar haji tapi juga korupsi). Agama juga dikatan rusak apabila banyak orang yang perilakunya bertolak belakang ari perkataanya. Banyak yang disebut ahli agama tapi kelakuanya tidak mencerminkan keahliannya. Agama juga akan rusak manakala ummat sudah kesulitan melaksanakan agamanya akibat para pemimpin yang dzolim dan tidak suka kehidupan beragama berkembang. Agama juga bisa rusak kalau pendidikan islam tidak lagi berhasil dan tertanam dalam jiwa generasinya.
            Orang sudah tidak lagi minat belajar agama, kalaupun belajar agama sekedar formalitas saja. Nilai dan ruh ajaranya tidak masuk dalam jiwa dan perilaku mereka. Dalam hadits di atas disebutkan ada tiga kelompok manusia yang sangat berpengaruh dalam rusaknya agama.

Pertama, Ahli fiqh yang perilakunya rusak
            Para ahli fiqh atau ahli hukum agama merupakan orang yang sangat penting dalam kehidupan ummat. Mereka adalah tempat ummat meminta bimbingan dan nasihat. Mereka adalah sumber ilmu pengetahuan. Karena kedudukan mereka begitu penting, maka pengaruh mereka pun juga sangat besar bagi ummat. Dengan demikian, kalau mereka baik maka (insya Allah) ummat juga akan baik, tapi kalau mereka sendiri perilakunya rusak, maka jangan harap ummat akan baik. Oleh karena itu rusaknya perilaku ahli fiqh atau ahli hukum termasuk salah satu bahaya yang mengancam agama.
            Para ahli agama seharusnya menjadi teladan yang baik bagi ummat. Mereka layaknya sebagai guru yang digugu dan ditiru. Kalau mereka yang dijadikan teladan perilakunya rusak, bagaimana dengan ummatnya? Jangan sampai ahli agama hidupnya tamak alias serakah. Karena tamak, dia berani melakukan sesuatu yang tidak pantas untuk seorang ahli agama. Jangan sampai ahli agama suka menyebarkan fitnah. Fitnah dia sebarkan karena punya perasaan iri terhadap orang lain yang dianggap lebih dihormati, dimuliakan atau dijadikan rujukan ummat. Ahli agama yang seperti ini akan berani melakukan berbagai macam hal yang bisa menerjang norma-norma agama.
            Nah, kalau perilaku mereka rusak, ummat akhirnya tidak mau lagi menerima dakwah. Dakwah jadi terbengkelai, karena para ahli agamanya tidak lagi dipercaya oleh ummat. Bagaimana mau dipercaya kalau perilakunya tidak sesuai dengan ucapanya. Menyuruh ummat agar menjahui dosa tapi dia sendiri sering berbuat dosa. Menyuruh orang rajin bersedekah, sementara dia sendiri semakin pelit. Menyuruh ummat agar menjaga lisan, tapi dia sendiri penebar fitnah dan gosip.
            Oleh karena itu, sebagai panutan ummat, para ulama, ahli fiqh, dan sebagainya itu harus mampu memposisikan diri. Mereka harus berusaha menjadi suri tauladan yang terbaik. Tentu, yang paling utama adalah harus komit dengan ucapanya. Artinya kalau menyuruh orang berbuat baik, maka dirinya sendiri harus berupaya untuk melakukan kebaikan itu. Kalau melarang kemungkaran, maka harus memulai sendiri berusaha menjahui kemungkaran. Jangan sampai menyuruh orang tapi dia sendiri tidak melakukan, melarang orang tapi dirinya sendiri melakukanya. Allah Swt memberi peringatan dalam al-Qur’an :

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لاَ تَفْعَلُوْنَ. كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3) سورة الصف

            Artinya : “wahai orang-orang yang beriman kenapa kalian mengatakan apa yang kalian tidak lakukan. Kemurkaan besar bagi Allah kalau kalian mengucapkan apa yang kalian tidak lakukan”.(QS: As-Shof : 2-3).
            Demikian juga, Rasulullah Saw memberi peringatan bagi mereka yang bicara saja, tapi tidak mau melakukannya. Nabi Muhammad SAW bersabda :

يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فىِ النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ فَيَدُوْرُ بِهَا كَمَا يَدُوْرُ الحِمَارُ فىِ الرَّحَا فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُوْلُوْنَ : يَا فُلاَنُ مَا لَكَ ؟ أَلَمْ تَكُ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ ؟ فَيَقُوْلُ : بَلىَ، كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَلاَ آتِيْهِ وَأَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيْهِ. متفق عليه. (رياض الصالحين، 198)

            Artinya : “didatangkan seorang laki-laki pada hari kiamat, ia dilemparkan ke dalam neraka maka keluarlah isi perutnya, kemudian dia diputar-putar seperti seekor keledai yang berputar-putar di tanah lapang, maka para penduduk neraka berkumpul kepadanya, mereka bertanya : “ya fulan apa yang terjadi padamu? bukankah kamu memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran” ia berkata : “ya, saya memerintahkan kebaikan tapi tidak melakukanya dan saya melarang kemungkaran tapi saya sendiri melakukanya”.(HR: Bukhari Muslim)(Riyadhus Shalihin/198)

Kedua, Pemimpin yang dzolim
            Golongan kedua yang bisa mengancam atau membahayakan agama adalah para pemimpin. Kalau pemimpinya dzolim atau rusak maka agama bisa menjadi rusak. Kerusakan agama berkaitan dengan kedzoliman pemimpin yaitu sulitnya pelaksanaan agama dengan baik. Dakwah dibatasi dan dipersulit, para ulama tidak lagi diberi kebebasan untuk membina masyarakat, menyebarkan ilmu pada ummat. Bahkan dalam tahap tertentu tidak jarang ulama yang dikejar-kejar bahkan sampai dipenjara karena dianggap menghalangi sepak terjang mereka, mengganggu kebebasan mereka. Bagaimanapun para pemimpinlah yang memiliki kekuasaan dalam mengkondisikan ummat. Kesejahteraan dan kemakmuran sebuah bangsa atau masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebijakan para penguasa. Kalau mereka dzolim, angkara murka dan semena-mena maka rakyat bisa sengsara. Apalagi, kalau pemimpinya senang kemungkaran dan kemaksiatan.
            Seorang pemimpin harus sadar, bahwa kedudukanya harus mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat. Kepemimpinanya akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt. Apa tidak takut, kalau sampai ummat kesulitan mengamalkan agama sebab kebijakanya yang tidak mendukung mereka. Dalam sebuah kaidah disebutkan :

حُكْمُ اْلإِمَامِ عَلَى الرَّعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ. (المقتطفات لأهل البدايات، 131)

            Artinya : “kebijakan seorang pemimpin harus berdasarkan dan mencerminkan kemaslahatan bagi ummat”. (Muqtathafat liahlil bidayah/131)
            Sungguh celaka bagi pemimpin yang membiarkan rakyatnya kesusahan dan tertekan sebab pemimpinya yang hanya mementingkan kesenanganya.

Ketiga, Mujtahid yang bodoh
            Golongan yang ketiga yang juga bisa menjadi ancaman bagi kelangsungan agama adalah para mujtahid hukum yaitu orang yang dianggap ahli hukum, ahli fatwa atau yang menggali hukum agama namun ternyata ilmunya kosong. Penampilanya meyakinkan, perkataanya sombong, sehingga orang dengan mudah percaya kepadanya. ini juga berbahaya, kalau orang mengira dia ahli agama, ahli hukum dan sebagainya sementara ilmunya kurang atau bahkan tidak punya ilmu, lantas mereka minta pendapat nanti bisa jadi salah. Kalau fatwa atau pendapat hukumnya salah lantas diikuti ummat nanti akan menjadi sesat menyesatkan. Akhirnya ummat jauh dari tuntunan ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam sebuah hadits disebutkan :

إِنَّ اللهَ تَعَالَى لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ اِنــْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتىَّ إِذَا لَم يَبْقَ عَالِمًا اِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤَسَاءً جُهَّالاً، فَسَئَلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا. (رواه متفق عليه)(الجامع الصغير، 1826)

            Artinya : “sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan sekali cabut dari manusia, tapi dengan cara mengambil nyawa para ulama, sampai ketika tidak ada lagi orang yang alim, mereka akan mengambil para pemimpin yang bodoh, mereka ditanya kemudian member fatwa tanpa ilmu, mereka tersesat dan menyesatkan”.(HR: Bukhari Muslim)


DOKUMENTASI 09012018

Postingan Populer