Istighotsah
SEMAR no 3.66 telah dilaksanakan pada hari Selasa Legi, 27-03-2018
dengan imam tokoh agama dari dusun BABADAN SAMBEN. Hadir sekitar 20 peserta dari dusun
lain yaitu KENEP, JUNWATU, BABADAN BUNDER, KWANGEN.
PELAKSANAAN KEGIATAN
dimulai pukul 19.30 s.d 22.00
LOKASI KEGIATAN :
Tengah Masjid
0. PRA ACARA
KHUSUSON AHLI QUBUR : BPK. AHMAD ANSORI
1. ACARA
1. ISTIGHOTSAH
2. RISMA (REHAT, INFORMASI, SHARING, MAJELIS TA'LIM)
- REHAT : hidangan ala kadarnya oleh KASUN BABADAN SAMBEN BP. AHMAD ANSORI
- Sekretariat sedang menindaklanjuti hasil pertemuan dengan Pemerintah
Desa Junwangi yaitu menyusun Proposal dalam bahasa Inggris & Arab
untuk donatur dari Luar Negeri. Dimohon kepada peserta jama'ah
barangkali memiliki relasi donatur di luar negeri untuk menyampaikan
proposal tersebut.
- Dokumentasi kegiatan tahun 2016 sudah selesai dan akan diupload ke
youtube, blog dan media sosial laiinya agar dapat dilihat netizen
sebagai realisasi amanah dalam pembangunan masjid jami' desa Junwangi.
- Pemasukan dari KOTAK AMAL UTAMA
- Laporan rinci akan disampaikan di Buletin Al Jamii' Edisi Maret 2018.
- Pembangunan 14 tiang utama sudah selesai
- Persiapan pengedekan serambi
MAJELIS TA'LIM
Majelis ta'lim malam membahas 2 hal yaitu :
1. Tafsir surat al Kautsar
Tafsir Ibnu Katsir: Surat Al-Kautsar
Surat Al-Kautsar
تَفْسِيرُ سُورَةِ الْكَوْثَرِ
(Nikmat yang Banyak)
Makkiyah atau Madaniyyah, 3 ayat Turun sesudah Surat Al-Adiyat
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Al-Kautsar, ayat 1-3
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3)
Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah
salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang
membenci kamu, dialah yang terputus.'
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Fudail, dari Al-Mukhtar ibnu Fulful, dari Anas ibnu Malik yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. menundukkan kepalanya sejenak, lalu
beliau mengangkat kepalanya seraya tersenyum. Beliau bersabda kepada
mereka, atau mereka bertanya kepada beliau Saw., "Mengapa engkau
tersenyum?" Maka Rasulullah Saw. menjawab, "Sesungguhnya barusan telah diturunkan kepadaku suatu surat." Lalu beliau membaca firman-Nya: Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar. (Al-Kautsar: l), hingga akhir surat. Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Tahukan kalian, apakah Al-Kautsar itu?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah bersabda:
«هُوَ نَهْرٌ أَعْطَانِيهِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ فِي
الْجَنَّةِ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ، تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِي يَوْمَ
الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدَ الْكَوَاكِبِ يُخْتَلَجُ الْعَبْدُ
مِنْهُمْ، فَأَقُولُ يَا رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِي، فَيُقَالُ إِنَّكَ
لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ»
Al-Kautsar adalah
sebuah sungai (telaga) yang diberikan kepadaku oleh Tuhanku di dalam
surga, padanya terdapat kebaikan yang banyak, umatku kelak akan
mendatanginya di hari kiamat; jumlah wadah-wadah (bejana-bejana)nya sama
dengan bilangan bintang-bintang. Diusir darinya seseorang hamba, maka
aku berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya dia dari umatku.” Maka dikatakan,
"Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang telah dibuat-buatnya
sesudahmu."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad Sulasi ini
dan juga konteks yang sama dari Muhammad ibnu Fudail, dari Al-Mukhtar
ibnu Fulfill, dari Anas ibnu Malik.
Telah disebutkan sehubungan dengan gambaran tentang telaga ini di hari
kiamat, bahwa tercurahkan kepadanya air dari langit melalui dua talang,
dan bahwa bejana-bejananya bilangannya sama dengan bintang-bintang di
langit. Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai telah meriwayatkannya
melalui jalur Ali ibnu Mis-har dan Muhammad ibnu Fudail; keduanya dari
Al-Mukhtar ibnu Fulfill, dari Anas.
Menurut lafaz Imam Muslim, disebutkan bahwa ketika Rasulullah Saw.
berada di hadapan kami di masjid, tiba-tiba beliau menundukkan kepalanya
sejenak, kemudian mengangkat kepalanya seraya tersenyum. Maka kami
bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang menyebabkan engkau tertawa?"
Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku barusan suatu surat. Maka beliau Saw. membaca firman-Nya: Dengan
nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami
telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat
karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci
kamu, dialah yang terputus. (Al-Kautsar: 1-3) Kemudian beliau Saw. bersabda: "Tahukah kamu, apakah Al-Kautsar itu?” Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw. bersabda,
فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ
عَلَيْهِ خَيْرٌ كثير وهو حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِي يَوْمَ
الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عدد النجوم في السماء، فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ
مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِي، فَيَقُولُ إِنَّكَ لَا
تَدْرِي مَا أَحْدَثَ بَعْدَكَ
"Sesungguhnya Al-Kautsar
adalah sebuah sungai (telaga) yang telah dijanjikan oleh Tuhanku
untukku, padanya terdapat kebaikan yang banyak. Al-Kautsar merupakan
telaga yang akan didatangi oleh umatku kelak di hari kiamat, jumlah
bejananya sama dengan bilangan bintang-bintang di langit, maka diusirlah
darinya seorang hamba dari mereka, lalu aku berkata, "Ya Tuhanku,
sesungguhnya dia dari kalangan umatku.” Maka Dia berfirman,
"Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang telah dibuat-buatnya
sesudahmu.
sebagian besar ulama ahli qiraat mengatakan berdasarkan dalil ayat ini,
bahwa surat ini adalah surat Madaniyah. Dan kebanyakan ulama fiqih
mengatakan bahwa Basmalahnya merupakan bagian dari surat dan diturunkan
bersama-sama dengan surat ini.
Adapun mengenai firman-Nya:
{إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ}
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar. (Al-Kautsar: 1)
Dalam hadis yang lalu telah disebutkan bahwa Al-Kautsar adalah nama sebuah sungai di dalam surga.
Imam Ahmad telah meriwayatkan melalui jalur lain dari Anas; untuk itu ia
mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Affan, telah
menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Sabit,
dari Anas, bahwa ia membaca firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar. (Al-Kautsar: 1) Lalu ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"أعطيتُ الْكَوْثَرَ، فَإِذَا هُوَ نَهَرٌ يَجْرِي،
وَلَمْ يُشق شَقًّا، وَإِذَا حَافَّتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ، فَضَرَبْتُ
بِيَدِي فِي تُرْبَتِهِ، فَإِذَا مِسْكُهُ ذَفَرة، وَإِذَا حَصَاهُ
اللُّؤْلُؤُ"
Aku diberi Al-Kautsar, dan ternyata ia adalah
sebuah sungai yang mengalir, tetapi tidak dibedahkan sebagai mana
sungai. Dan ternyata kedua tepinya adalah kubah-kubah dari mutiara; lalu
aku menyentuhkan tanganku ke tanahnya, dan ternyata ia seharum minyak
kesturi yang sangat harum baunya, dan ternyata batu-batu kerikilnya dari
mutiara.
Imam Ahmad mengatakan. telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu
Adiy, dari Humaid, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
«دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَإِذَا أَنَا بِنَهْرٍ
حَافَّتَاهُ خِيَامُ اللُّؤْلُؤِ فَضَرَبْتُ بِيَدِي إِلَى مَا يَجْرِي
فِيهِ الْمَاءُ فَإِذَا مِسْكٌ أَذْفَرُ قُلْتُ: مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟
قَالَ: هَذَا الْكَوْثَرُ الَّذِي أَعْطَاكَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ»
Aku
masuk ke dalam surga, dan tiba-tiba aku melihat sebuah sungai yang
kedua tepinya dipenuhi oleh kemah-kemah dari mutiara, lalu aku sentuhkan
tanganku ke tanah yang dialiri airnya, tiba-tiba ia adalah minyak
kesturi yang sangat harum baunya. Aku bertanya, "Hai Jibril, apakah
ini?” Jibril menjawab, "Ini adalah Al-Kautsar yang diberikan oleh Allah
Swt. kepadamu.”
Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya dan Imam Muslim telah meriwayatkan
melalui hadis Syaiban ibnu Abdur Rahman, dari Qatadah, dari Anas ibnu
Malik yang mengatakan bahwa setelah Nabi Saw. dibawa naik ke langit,
beliau menceritakan:
«أَتَيْتُ عَلَى نَهْرٍ حَافَّتَاهُ قِبَابُ اللُّؤْلُؤِ الْمُجَوَّفِ فَقُلْتُ مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَذَا الْكَوْثَرُ»
Aku
datang ke sebuah sungai yang kedua tepinya dipenuhi oleh kemah-kemah
dari mutiara yang dilubangi, lalu aku bertanya, "Apakah ini, hai
Jibril?” Jibril berkata, "Ini adalah Sungai Al-Kautsar.”
Demikianlah menurut lafaz Imam Bukhari rahimahullah. Ibnu Jarir
mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi', telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dari Sulaiman ibnu Bilal, dari
Syarik ibnu Abu Namir; ia pernah mendengar Anas menceritakan hadis
berikut kepadanya (dan teman-temannya), bahwa ketika Rasulullah Saw.
melakukan Isra, Jibril membawanya naik ke langit terdekat, tiba-tiba
Nabi Saw. melihat sebuah sungai yang padanya terdapat sebuah gedung dari
mutiara dan zabarjad. Lalu Nabi Saw. mencium bau tanahnya, dan ternyata
baunya harum seperti minyak kesturi, lalu beliau Saw. bertanya, "Hai Jibril, sungai apakah ini?" Jibril menjawab, "Ini adalah Sungai Al-Kautsar yang disediakan oleh Tuhanmu untukmu."
Hadis mengenai Isra ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-Isra
melalui jalur Syarik, dari Anas, dari Nabi Saw.'yang hadisnya
diketengahkan di dalam kitab Sahihain.
Sa'id telah meriwayatkan dari Qatadah, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«بينما أَنَا أَسِيرُ فِي الْجَنَّةِ إِذْ عَرَضَ لِي
نهر حافتاه قباب اللؤلؤ المجوف، فَقَالَ الْمَلَكُ- الَّذِي مَعَهُ-
أَتَدْرِي مَا هَذَا؟ هَذَا الْكَوْثَرُ الَّذِي أَعْطَاكَ اللَّهُ،
وَضَرَبَ بِيَدِهِ إِلَى أَرْضِهِ فَأَخْرَجَ مِنْ طِينِهِ الْمِسْكَ»
Ketika
aku sedang berjalan di dalam sungai, tiba-tiba terbentang di hadapanku
sebuah sungai yang kedua tepinya penuh dengan kemah-kemah mutiara yang
berlubang. Maka berkatalah malaikat yang menemaninya, "Tahukah kamu
apakah sungai ini? Inilah Al-Kautsar yang akan diberikan Allah
kepadamu.” Lalu Nabi Saw. memasukkan tangannya ke tanah dan mengeluarkan
dari tanahnya minyak kesturi (yang harum baunya).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Sulaiman ibnu Tarkhan dan Ma'mar
serta Hammam dan lain-lainnya dari Qatadah dengan sanad yang sama.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي
سُرَيج حَدَّثَنَا أَبُو أَيُّوبَ الْعَبَّاسِيُّ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ
بْنُ سَعْدٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، ابْنُ أَخِي
ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَنَسٍ قال: سُئل رسول اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكَوْثَرِ، فَقَالَ: "هُوَ
نَهْرٌ أَعْطَانِيهِ اللَّهُ فِي الْجَنَّةِ، تُرَابُهُ مِسْكٌ، [مَاؤُهُ]
أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، تَرِدُهُ طَيْرٌ
أَعْنَاقُهَا مِثْلُ أَعْنَاقِ الجُزُر". فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّهَا لِنَاعِمَةٌ؟ قَالَ: "أَكْلُهَا أَنْعَمُ
مِنْهَا".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ahmad ibnu Abu Syuraih, telah menceritakan kepada kami Abu Ayyub
Al-Abbas, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'd, telah
menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abdul Wahhab (keponakan Ibnu
Syihab), dari ayahnya, dari Anas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah ditanya mengenai makna Al-Kautsar, maka beliau Saw. menjawab: Al-Kautsar
adalah sebuah sungai yang diberikan Allah kepadaku di dalam surga,
tanahnya adalah minyak kesturi (airnya) lebih putih daripada air susu
dan rasanya lebih manis daripada madu; sungai itu didatangi oleh
burung-burung yang lehernya seperti leher unta. Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya burung itu benar-benar lezat dagingnya." Rasulullah Saw. menjawab: Aku akan memakan dagingnya dan merasakan kelezatan (kenikmatan)nya.
قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ
الْخُزَاعِيُّ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْهَادِ، عَنْ
عَبْدِ الْوَهَّابِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُسْلِمِ بْنِ شِهَابٍ، عَنْ
أَنَسٍ، أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْكَوْثَرُ؟
قَالَ: "نَهْرٌ فِي الْجَنَّةِ أَعْطَانِيهِ رَبِّي، لَهُوَ أَشَدَّ
بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، فِيهِ طُيُورٌ
أَعْنَاقُهَا كَأَعْنَاقِ الْجُزُرِ". قَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
إِنَّهَا لَنَاعِمَةٌ؟ قَالَ: "أَكْلُهَا أَنْعَمُ مِنْهَا يَا عُمَرُ".
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah
Al-Khuza'i, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Yazid ibnul
Had, dari Abdul Wahhab, dari Abdullah ibnu Muslim ibnu Syihab, dari
Anas, bahwa seorang lelaki pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah
Al-Kautsar itu?" Rasulullah Saw. bersabda: "Al-Kautsar adalah sebuah
sungai di dalam surga yang diberikan oleh Tuhanku untukku. Airnya lebih
putih daripada air susu dan rasanya lebih manis daripada madu, padanya
terdapat burimg-burung yang lehernya seperli leher unta.” Umar bertanya, "Wahai Rasulullah, sudah tentu dagingnya amat lezat.” Rasulullah Saw. bersabda, "Aku akan memakannya dan merasakan kelezatannya, hai Umar.”
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Az-Zuhri dari saudaranya (yaitu
Abdullah), dari Anas, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.
tentang Al-Kautsar, maka disebutkan hal yang semisal dengan hadis di
atas.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu
Yazid Al-Kahili, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq,
dari Abu Ubaidah, dari Aisyah r.a. Bahwa ia pernah bertanya kepada
Aisyah tentang makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar.
(Al-Kautsar: 1) Maka Siti Aisyah r.a. menjawab, "'Al-Kautsar adalah
sebuah sungai yang diberikan kepada Nabi kalian, kedua tepinya berupa
mutiara yang berlubang, jumlah bejana-bejananya sama dengan bilangan
bintang-bintang di langit." Kemudian Imam Bukhari mengatakan bahwa
Zakaria, Abul Ahwas dan Mutarrif telah meriwayatkannya dari Abu Ishaq;
Imam Ahmad dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui jalur Mutarrif dengan
sanad yang sama.
Ibnu Jarir mengatakan. telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Wakr, dari Sufyan dan Israil, dari Abu Ishaq,
dari Abu Ubaidah, dari Aisyah yang mengatakan bahwa. Al-Kautsar adalah
nama sebuah sungai di dalam surga yang kedua tepinya mutiara yang
berlubang. Israil mengatakan bahwa Al-Kautsar adalah sebuah sungai di
dalam surga yang padanya terdapat bejana-bejana yang bilangannya sama
dengan bintang-bintang di langit.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah
menceritakan kepada kami Ya'qub Al-Qummi, dari Hafs ibnu Humaid, dari
Syamir ibnu Atiyyah, dari Syaqiq atau Masruq yang mengatakan bahwaaku
bertanya kepada Siti Aisyah, ''Wahai Ummul Mu’minin, ceritakanlah
kepadaku tentang Al-Kautsar? Aisyah menjawab, "Sebuah sungai di lembah
surga." Aku bertanya, "Apakah yang dimaksud dengan lembah surga?" Aisyah
menjawab, "Terletak dibagian tengahnya, kedua tepinya penuh dengan
gedung-gedung dari mutiara dan yaqut, dan tanahnya seharum minyak
kesturi, sedangkan batu kerikilnya dari mutiara dan yaqut.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib,
telah menceritakan kepada kami Waki', dari Abu Ja'far Ar-Razi, dari Ibnu
Abu Najih, dari Aisyah r.a. yang mengatakan, "Barang siapa yang ingin
mendengarkan gemerciknya air Telaga Kautsar, hendaklah ia menutupkan
kedua jari telunjuknya ke kedua lubang telinganya. Riwayat ini terdapat
mata rantai yang putus antara Ibnu Abu Najih dan Siti Aisyah r.a. Dan
menurut sebagian riwayat dari seorang lelaki, dari Aisyah, disebutkan
bahwa makna yang dimaksud ialah suarayang semisal dengan itu, bukan
berarti suaranya persis, seperti itu; hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui. As-Suhaili mengatakan bahwa Imam Daruqutni telah
meriwayatkannya secara marfu' melalui jalur Malik ibnu Magul, dari
Asy-Sya'bi, dari Masruq, dari Aisyah, dari Nabi Saw.
Kemudian Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub
ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hasyim. telah menceritakan
kepada kami Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang
mengatakan sehubungan dengan Al-Kautsar, bahwa Al-Kautsar adalah
kebaikan yang banyak yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Saw.
Abu Bisyr mengatakan bahwa ia pernah berkata kepada Sa'id ibnu Jubair,
bahwa sesungguhnya orang-orang mengira Al-Kautsar adalah sebuah sungai
di dalam surga. Maka Sa'id menjawab. bahwa sungai di dalam surga
termasuk kebaikan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada Nabi Saw.
Abu Bisyr telah meriwayatkannya pula melalui hadis Hasyim, dari Abu
Bisyr dan Ata ibnus Sa’ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a.
yang mengatakan bahwa Al-Kautsar adalah kebaikan yang banyak.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Ata ibnus Sa’ib, dari Sa'id ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Al-Kautsar artinya
kebaikan yang banyak. Dan tafsir ini bersifat lebih umum mencakup sungai
dan nikmat lainnya. Mengingat lafaz Al-Kautsar berasal dari Al-Ka'srah
yang artinya kebaikan yang banyak, dan di antaranya ialah sungai
tersebut di dalam surga. Pendapat ini dikatakan oleh Ibnu Abbas,
Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Mujahid, Muharib ibnu Disar, dan Al-Hasan
ibnu Abul Hasan Al-Basri, sehingga Mujahid mengatakan bahwa Al-Kautsar
adalah kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat.
Ikrimah mengatakan bahwa. Al-Kautsar adalah kenabian, Al-Qur'an, dan
pahala di akhirat. Tetapi telah terbuktikan kesahihan sebuah riwayat
yang bersumber dari Ibnu Abbas menyebutkan bahwa dia menakwilkannya pula
dengan makna sebuah sungai di dalam surga.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Umar ibnu Ubaid, dari Ata, dari Sa'id ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Al-Kautsar adalah sebuah
sungai di dalam surga yang kedua tepinya dari emas dan perak, mengalir
di atas yaqut dan mutiara, airnya lebih putih daripada salju, dan
rasanya lebih manis daripada madu. Al-Aufi telah meriwayatkan hal yang
semisal dari Ibnu Abbas.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah
menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Ata
ibnus Sa’ib dari Muharib ibnu Disar, dari Ibnu Umar, dia mengatakan
bahwa Al-Kautsar adalah sebuah sungai di dalam surga yang kedua tepinya
dari emas dan perak, mengalir di atas mutiara dan yaqut, airnya lebih
putih daripada susu, dan rasanya lebih manis daripada madu. Hal yang
semisal telah diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi dari ibnu Humaid, dari
Jarir, dari Ata ibnu Sa’ib dengan sanad dan lafaz yang semisal secara
mauqufhanya sampai pada Ibnu Abbas.
Tetapi telah diriwayatkan pula hal yang semisal secara marfu', Imam
Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hafs,
telah menceritakan kepada kami Warqa yang mengatakan bahwa Ata telah
meriwayatkan dari Muharib ibnu Disar, dari Ibnu Umar yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"الْكَوْثَرُ نَهْرٌ فِي الْجَنَّةِ حَافَّتَاهُ مِنْ
ذَهَبٍ، وَالْمَاءُ يَجْرِي عَلَى اللُّؤْلُؤِ، وَمَاؤُهُ أَشَدَّ بَيَاضًا
مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ"
Al-Kautsar adalah
sebuah sungai di dalam surga yang kedua tepinya dari emas, airnya
mengalir di atas mutiara, dan warnanya lebih putih daripada susu dan
rasanya lebih manis daripada madu.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, Ibnu Majah, Ibnu
Abu Hatim, dan Ibnu Jarir melalui jalur Muhammad ibnu Fudail, dari Ata
ibnus Sa’ib secara inarfu', Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini
hasan sahih.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami
Ata ibnus Sa’ib yang mengatakan bahwa Muharib ibnu Disar telah
menceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan oleh Sa’id ibnu Jubair
tentang Al-Kautsar. Muharib ibnu Disar mengatakan bahwa Sa'id ibnu
Jubair telah menceritakan kepada kami dari Ibnu Abbas yang mengatakan
bahwa Al-Kautsar adalah kebaikan yang banyak. Lalu Sa'id ibnu Jubair
mengatakan bahwa benar, sesungguhnya Al-Kautsar adalah kebaikan yang
banyak. Akan.tetapi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Umar, bahwa
seketika diturunkan firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah rnemberikan kepadamu Al-Kautsar (kebaikan yang banyak). (Al-Kautsar: 1)
Maka Rasulullah Saw. bersabda:
«الْكَوْثَرُ نَهْرٌ فِي الْجَنَّةِ حَافَّتَاهُ مِنْ ذَهَبٍ يَجْرِي عَلَى الدُّرِّ وَالْيَاقُوتِ»
Al-Kautsar adalah sebuah sungai di dalam surga yang kedua tepinya emas, (airnya) mengalir di atas mutiara dan yaqut.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnul Burqi, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Maiyam, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Ja'far ibnu Abu Kasir, telah menceritakan kepadaku Haram
ibnu USman, dari Abdur Rahman Al-A'raj, dari Usamah ibnu Zaid, bahwa
Rasulullah Saw. di suatu hari berkunjung ke rumah Hamzah ibnu Abdul
Muttalib, dan ternyata beliau tidak menjumpainya, lalu beliau
menanyakannya kepada istrinya yang berasal dari Bani Najjar. Istri
Hamzah menjawab, "Hai Nabi Allah, dia baru saja keluar menuju ke
rumahmu, kalau begitu barangkali dia sesat jalan di sebagian
lorong-lorong Bani Najjar. Tidakkah engkau masuk lebih dahulu, wahai
Rasulullah?" Maka Rasulullah Saw. masuk, dan istri Hamzah menyuguhkan
kepadanya makanan hais (makanan yang terbuat dari buah kurma, minyak
samin, dan tepung sawiq), maka Nabi Saw. memakan sebagian darinya. Dan
istri Hamzah bertanya, "Wahai Rasulullah, kuucapkan selamat kepada
engkau, sebenarnya aku ingin datang kepadamu untuk mengucapkan selamat,
karena Abu Imarah pernah menceritakan kepadaku bahwa engkau telah diberi
sebuah sungai di dalam surga yang dikenal dengan nama Al-Kautsar." Nabi
Saw. menjawab:
«أَجَلْ وَعَرَضُهُ- يَعْنِي أَرْضَهُ- يَاقُوتٌ وَمَرْجَانٌ وَزَبَرْجَدٌ وَلُؤْلُؤٌ»
Benar, dan luasnya yakni tanahnya adalah yaqut, marjan, zabarjad, dan mutiara.
Haram ibnu Usman adalah orang yang berpredikat daif, tetapi konteks
hadis ini hasan, dan asal hadis ini berpredikat sahih, bahkan dapat
dibilang mutawatir yang diriwayatkan melalui berbagai jalur hingga
memberikan pengertian kepastian di kalangan para imam ahli hadis,
demikian pula hadis-hadis yang menceritakan tentang telaga (Kautsar).
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Anas, Abul Aliyah dan Mujahid
serta bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf. bahwa Al-Kautsar
adalah nama sebuah sungai di dalam surga. Ata mengatakan bahwa
Al-Kautsar yaitu nama sebuah telaga di dalam surga.
Firman Allah Swt.:
{فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ}
Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. (Al-Kautsar: 2)
Yakni sebagaimana Kami telah memberimu kebaikan yang banyak di dunia dan
akhirat, antara lain ialah sebuah sungai yang sifat-sifatnya telah
disebutkan di atas; maka kerjakanlah salat fardu dan salat sunatmu
dengan ikhlas karena Allah dan juga dalam semua gerakmu. Sembahlah Dia
semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan sembelihlah korbanmu dengan menyebut
nama-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya. Hal yang senada disebutkan di
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيايَ وَمَماتِي
لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا
أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Katakanlah, "Sesungguhnya salatku,
ibadahku. hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,
tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah diperintahkan kepadaku, dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”(Al-An'am: 162-163)
Ibnu Abbas, Ata, Mujahid, Ikrimah, dan Al-Hasan telah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan wanhar
ialah menyembelih unta dan ternak lainnya sebagai korban. Hal yang
semisal telah dikatakan oleh Qatadah, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi,
Ad-Dahhak, Ar-Rabi', Ata Al-Khurrasani, Al-Hakam, Sa'id ibnu Abu Khalid,
dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf.
Hal ini berbeda keadaannya dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang
menyebut nama-Nya, Allah Swt. telah berfirman:
وَلا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ
Dan
janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah
ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah
suatu kefasikan. (Al-An'am: 121), sampai akhir ayat.
Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan wanhar ialah
meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di bawah tenggorokan. Hal
ini diriwayatkan dari Ali, tetapi sanadnya tidak sahih. Dan hal yang
semisal telah diriwayatkan dari Abu Ja'far Al-Baqir.
Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa wanhar artinya mengangkat kedua
tangan di saat membuka salat. Dan menurut pendapat yang lainnya lagi,
wanhar artinya hadapkanlah lehermu ke arah kiblat. Ketiga pendapat ini
disebutkan oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah meriwayatkan sebuah hadis yang mungkar. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْفَامِيُّ
-سَنَةَ خَمْسٍ وَخَمْسِينَ وَمِائَتَيْنِ-حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ بْنُ
حَاتِمٍ الْمَرْوَزِيُّ، حَدَّثَنَا مُقَاتِلُ بْنُ حَيَّانَ، عَنِ
الْأَصْبَغِ بْنِ نَبَاتَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ:
لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ السُّورَةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: "يَا جِبْرِيلُ، مَا هَذِهِ
النَّحِيرَةُ الَّتِي أَمَرَنِي بِهَا رَبِّي؟ " فَقَالَ: لَيْسَتْ
بِنَحِيرَةٍ، وَلَكِنَّهُ يَأْمُرُكَ إِذَا تَحَرَّمْتَ لِلصَّلَاةِ،
ارْفَعْ يَدَيْكَ إِذَا كَبَّرْتَ وَإِذَا رَكَعْتَ، وَإِذَا رَفَعْتَ
رَأْسَكَ مِنَ الرُّكُوعِ، وَإِذَا سَجَدْتَ، فَإِنَّهَا صَلَاتُنَا
وَصَلَاةُ الْمَلَائِكَةِ الَّذِينَ فِي السَّمَوَاتِ السَّبْعِ، وَإِنَّ
لِكُلِّ شَيْءٍ زِينَةً، وَزِينَةُ الصَّلَاةِ رَفَعُ الْيَدَيْنِ عِنْدَ
كُلِّ تَكْبِيرَةٍ.
telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu
Ibrahim Al-Qadi pada tahun dua ratus lima puluh lima Hijriah, telah
menceritakan kepada kami Israil ibnu Hatim Al-Marwazi, telah
menceritakan kepada kami Muqatil ibnu Hayyan, dari Al-Asbagh ibnu
Nabtah, dari Ali ibnu Abu Talib yang mengatakan bahwa ketika diturunkan
kepada Nabi Saw. surat ini, yaitu: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. (Al-Kautsar: 1-2) Maka Rasulullah Saw. bertanya, "Hai
Jibril, apakah yang dimaksud dengan nahirah yang diperintahkan kepadaku
oleh Tuhanku agar aku melakukannya?" Jibril menjawab, "Bukan nahirah,
tetapi Dia memerintahkan kepadamu apabila berihram untuk salat,
angkatlah kedua tanganmu saat mengucapkan takbir, dan saat engkau rukuk,
dan saat engkau angkat kepalamu dari rukuk, dan apabila engkau akan
sujud. Karena sesungguhnya itulah salat kita dan salat para
malaikat yang ada di tujuh langit. Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu itu
mempunyai perhiasan, dan perhiasan salat ialah mengangkat kedua tangan
di saat takbir."'
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Hakim di dalam kitab
Mustadrak-nya melalui hadis Israil ibnu Hatim dengan sanad yang sama.
Telah diriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani sehubungan dengan makna
firman-Nya, "wanhar" artinya angkatlah tulang punggungmu sesudah rukuk
dan tegakkanlah ia serta tampakkanlah tenggorokanmu. Makna yang dimaksud
ialah i'tidal. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu
Hatim; semua pendapat ini berpredikat garib sekali.
Pendapat yang sahih adalah yang pertama, yaitu yang mengatakan, bahwa makna yang dimaksud dengan nahr
ialah menyembelih hewan kurban. Karena itulah maka Rasulullah Saw.
seusai salat Idul Adha segera menyembelih kurbannya, lalu bersabda:
"مَنْ صَلَّى صَلَاتَنَا، وَنَسَكَ نُسُكَنَا، فَقَدْ
أَصَابَ النُّسُكَ. وَمَنْ نَسَكَ قَبْلَ الصَّلَاةِ فَلَا نُسُكَ لَهُ".
فَقَامَ أَبُو بُرْدَةَ بْنُ نَيَّارٍ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
إِنِّي نَسكتُ شَاتِي قَبْلَ الصَّلَاةِ، وَعَرَفْتُ أَنَّ الْيَوْمَ
يَوْمٌ يُشْتَهَى فِيهِ اللَّحْمُ. قَالَ: "شَاتُكَ شَاةُ لَحْمٍ". قَالَ:
فَإِنَّ عِنْدِي عِنَاقًا هِيَ أَحَبُّ إليَّ مِنْ شَاتَيْنِ، أَفَتُجْزِئُ
عَنِّي؟ قَالَ: "تُجْزِئُكَ، وَلَا تُجَزِئُ أَحَدًا بَعْدَكَ".
Barang
siapa yang salat seperti salat kami dan menyembelih kurban seperti kami
menyembelih kurban, maka sesungguhnya dia telah menunaikan kurbannya.
Dan barang siapa yang menyembelih kurban sebelum salat (hari raya) maka
tiada kurban baginya. Maka Abu Burdah Nayyar bertanya, "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku telah menyembelih kambingku sebelum salat,
dan aku mengetahui bahwa hari ini adalah hari yang semua orang menyukai
daging padanya" Rasulullah Saw. menjawab: Kambingmu itu adalah daging kambing biasa (bukan kurban). Abu
Burdah berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai seekor
anak kambing kacang yang lebih aku sukai daripada dua ekor kambing
biasa, apakah itu cukup untuk kurbanku?" Rasulullah Saw. menjawab: Cukup untukmu, tetapi tidak cukup untuk orang lain sesudahmu.
Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang benar adalah
pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dari ayat ialah
jadikanlah salatmu semuanya tulus ikhlas hanya untuk Tuhanmu, bukan
untuk berhala atau sembahan selain-Nya. Demikian pula kurbanmu,
jadikanlah hanya untuk Dia, bukan untuk berhala-berhala. sebagai
ungkapan rasa syukurmu terhadap-Nya atas kemuliaan dan kebaikan tiada
taranya yang dikhususkan-Nya buatmu sebagai anugerah dari-Nya. Pendapat
yang dikemukakan oieh orang yang mengatakan ini amatlah baik. Dan
pendapat ini telah dikatakan sebelumnya oleh Muhammad ibnu Ka'b
Al-Qurazi dan Ata dengan ungkapan yang semakna.
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ}
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus. (Al-Kautsar: 3)
Yakni sesungguhnya orang yang membencimu, hai Muhammad, dan benci kepada
petunjuk, kebenaran, bukti yang jelas, dan cahaya terang yang kamu
sampaikan; dialah yang terputus lagi terhina, direndahkan dan terputus
sebutannya. Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan Qatadah
mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-As ibnu Wa-il.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari yazid ibnu Ruman yang
mengatakan bahwa dahulu Al-As ibnu Wa-il apabila disebutkan nama
Rasulullah Saw., ia mengatakan, "Biarkanlah dia, karena sesungguhnya dia
adalah seorang lelaki yang terputus, tidak mempunyai keturunan. Apabila
dia mati, maka terputuslah sebutannya." Maka Allah menurunkan surat
ini.
Syamir ibnu Atiyyah mengatakan bahwa surat ini diturunkan berkenaan
dengan Uqbah ibnu Abu Mu'it. Ibnu Abbas mengatakan pula, dan juga
ikrimah, bahwa surat ini diturunkan berkenaan dengan Ka'b ibnul Asyraf
dan sejumlah orang-orang kafir Quraisy.
Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ziyad ibnu Yahya
Al-Hassani, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Addi, dari Daud,
dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Ka'b ibnul Asyraf
datang ke Mekah, maka orang-orang Quraisy berkata kepadanya, "Engkau
adalah pemimpin mereka. Tidakkah engkau melihat kepada lelaki yang
terusir lagi terputus dari kaumnya itu (maksudnyaNabi Saw.)? Dia mengira
bahwa dirinya lebih baik daripada kami, padahal kami adalah ahli
(pelayan) jemaah haji, ahli sadanah (pelayan Ka'bah) dan ahli Siqayah
(pelayan minuman air zamzam)," Maka Ka'b Ibnul Asyraf berkata, "Kalian
lebih baik daripadanya." Maka turunlah firman Allah Swt.: Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus. (Al-Kautsar: 3)
Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Bazzar, dan hadis ini sahih sanadnya.
Diriwayatkan pula dari Ata, bahwa surat ini diturunkan berkenaan dengan
Abu Lahab. Demikian itu terjadi ketika putra Rasulullah Saw. meninggal
dunia, maka Abu Lahab pergi menemui orang-orang musyrik dan berkata
kepada mereka, "Tadi malam Muhammad terputus (keturunannya)." Maka Allah
Swt. menurunkan firman-Nya sehubungan dengan peristiwa tersebut: Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus (Al-Kautsar: 3)
Dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini diturunkan berkenaan
dengan Abu Jahal. Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa makna: sesungguhnya orang-orang yang membencimu.
(Al-Kautsar: 3) Yakni musuhmu. Pendapat ini lebih mencakup dan meliputi
semua orang yang bersifat dan berkarakter demikian, baik dari kalangan
mereka yang telah disebutkan di atas maupun yang lainnya.
ikrimah mengatakan bahwa al-abtar artinya sebatang kara. As-Saddi
mengatakan bahwa dahulu mereka apabila meninggal dunia keturunannya
laki-laki mereka, maka mereka mengatakannya abtar (terputus
keturunannya). Dan ketika putra-putra Nabi Saw. semuanya meninggal
dunia, maka mereka mengatakan, "Muhammad telah terputus." Maka Allah
Swt. menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus. (Al-Kautsar: 3)
Pendapat ini senada dengan apa yang telah kami sebutkan di atas yang
mengatakan bahwa abtar ialah orang yang tidak mempunyai keturunan
laki-laki. Maka orang-orang kafir Quraisy itu mengira bahwa seseorang
itu apabila anak-anak lelakinya mati, maka terputuslah sebutannya.
Padalah tidaklah demikianlah kenyataannya, bahkan sebenarnya Allah
mengekalkan sebutan Nabi Saw. di hadapan para saksi dan mewajibkan
syariat yang dibawanya di atas pundak hamba-hamba-Nya, yang akan terus
berlangsung selamanya sampai hari mereka dihimpunkan untuk mendapat
pembalasan. Semoga salawat dan salam-Nya terlimpah-kan kepadanya
selama-lamanya sampai hari kiamat.
2. Membahas hal PEMBERSIHAN DIRI menurut IMAMUL GHAZALI
- Tathhirul jasadi
- Tathhirul a'dlo
- Tathhirul qalbi
- Tathhirul sirri 'amman siwallah
Setelah sharing, acara ditutup dengan doa oleh Ust. A. Suyono dan sholawat.